Makalah politik kesehatan
Budaya,
Politik dan Pelayanan Kesehatan
Disusun
Oleh :
Adithia
Budiman (Tubel)
K11111631
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
HASANUDIN
MAKASAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang banyak membawa perubahan
terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang
kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung
dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu
tempat tertentu.
Pengaruh sosial
budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya
bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Pelayanan publik
merupakan hal esensial dalam penyelenggaraaan negara. Pelayanan publik termasuk
didalamnya pelayanan sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan
sosial mencakup pelayanan Jaminan sosial, Perumahan, Kesehatan Pendidikan dan
Pelayanan sosial personal. Semuanya diorganisir oleh lembaga/departemen khusus
yang dibentuk berdasarkan undang-undang (Suharto, 2007: 15).
Pelayanan
kesehatan merupakan salah satu tanggung jawab negara dalam mewujudkan tujuan
Millenium development goals (MDGs). Oleh karena itu sudah sewajarnya kesehatan
sebagai salah satu kebutuhan dasar dijadikan sebagai permasalahan utama ketika
pelayanannya kurang memuaskan masyarakat. pelayanan kesehatan di Indonesia
masih dibawah standard kepuasan pasien terutama mereka yang tidak punya akses
khusus pada pelayanan tersebut. Undang-undang tentang kesehatan dan berbagai
kebijakan telah di undangkan, namun pelayanan kesehatan hingga kini masih
menuai banyak permasalahan, kenapa demikian dan bagaimana mengatasai masalah
tersebut?, dua pertanyaan inilah yang akan dibahas dalam makalah ini
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana gambaran
pelayanan kesehetan di Indonesia?
2.
Bagaimana hubungan
budaya terhadap pelayanan kesehatan?
3.
Bagaimana hubungan
unsur politik terhadap pelayanan kesehatan ?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah menjelaskan gambaran pelayanan kesehatan diindonesia,serta
menjelaskan bagaimana pengaruh unsure budaya dan politik terhadap permasalahan
pelayanan kesehatan di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Budaya,politik dan pelayanan kesehatan
Apakah kebudayaan
itu ? mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu, tapi tidak setiap orang
dapat menjelaskannya. Sebagian orang menjelaskan bahwa kebudayaan itu
adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara
turun temurun,tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi
timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu
yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan
perkembangan dari masyarakat itu sendiri
Banyak berbagai definisi
tentang kebudayaan yang telah di paparkan oleh para ahli. Dari berbagai
definisi dapat diperoleh kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan yaitu
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu
sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat
kita pelajari tentang definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap
kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah
mempengaruhi kebudayaan lain.
1. Proses Terbentuknya Budaya
Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.[1]
Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa alasan
mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang
dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian,
budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Politik
sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di
dunia barat banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan
Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai
masyarakat yang terbaik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu.
Berikut
ini adalah pengertian dan definisi politik menurut beberapa ahli:
ROD HAGUE
Politik
adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai
keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya
ANDREW HEYWOOD
Politik
adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan
mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti
tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasama
Pelayanan publik
merupakan hal esensial dalam penyelenggaraaan negara. Pelayanan publik termasuk
didalamnya pelayanan sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan
sosial mencakup pelayanan Jaminan sosial, Perumahan, Kesehatan Pendidikan dan
Pelayanan sosial personal. Semuanya diorganisir oleh lembaga/departemen khusus
yang dibentuk berdasarkan undang-undang (Suharto, 2007: 15).
2. Konsep- konsep yang Relevan dengan
Budaya
a. Holisme
/ Seutuhnya
Antropologi percaya bahwa kebudayaan
adalah fungsi yang terintegrasi seluruhnya dengan bagian interelasi dan
interdependensi. Demikian juga budaya lebih baik dipandang dan dianalisa secara
menyeluruh. Berbagai komponen dari budaya seperti politik, ekonomi, agama,
persaudaraan dan system kesehatan, melakukan fungsi yang terpisah tetapi
kemudian bercampur membentuk perbuatan yang menyeluruh. Jadi untuk mengetahui
system dari seseorang harus memandang masing-masing hubunganya dengan orang
lain dan dari keseluruhan kulturnya. (Benedict, 1934)
Peubahan budaya biasanya mengundang
tantangan – tantangan baru dan berbagai masalah. Perubahan meliputi adaptasi
kreatif dari perilaku yang terdahulu yang disebabkan Karena bahasa, adapt,
kepercayaa, sikap, tujuan, undang – undang, tradisi dank ode moral. Pada saat
yang terdahulu sudah keluar dari mode atau kurang bias diterima dan menjadi
sum,ber konflik yang potensial (Elling, ((1977).
b. Enkulturasi
Adalah proses
mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-nilai. Melalui proses ini oran
bias mendapatkan kompetensi dari budayanya sendiri. Anak-anak melihat orang tua
dan mengambil kesimpulan tentang peraturan demi perilaku. Pola- pola perilaku
menyajikan penjelasan untuk kejadian dalam penghidupan seperti, dilahirkan,
maut, remaja, hami, membesarkan anak, sakit penyakit.
c. Etnosentris
Adalah suatu kepercayaan
bahwa hanya sendiri yang terbaik. Sangat penting bagi perawat untuk tidak
berpendapat bahwa hanya caranya sendiri yang terbaik dan menganggap ide orang
lkain tidak diketahui atuau di pandang rendah.
d. Stereotip
Stereotip atau sesuatu yang bersifat
statis / tetap merupakan kepercayaan yang dibeasar – besarkan dan gambaran yang
dilukiskan dengan populer dalam media massa dan ilmu kebangsaan. Sifat ini juga
menyebabkan tidak bekembangnya pemikiran seseorang.
e. Nilai – nilai Budaya
Sistem budaya
mengandung berbagai orientasi nilai. Nilai merupakan bentuk kepercayaan
bagaimana seseorang harus perperilaku , kepercayaan adalah sesuatu pertanyaan
yang tujuannya berpegang kepada kebenaran tapi mungkin boleh atau tidak boleh
berlandaskan kenyataan empiris. Salah satu elemen yang paling penting terbangun
dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama – sama memiliki budaya yang paling
penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama memberikan
stabilitas dan keamanan budaya, menyajikan standart perilaku. Bila dua orang
bersama – sama memiliki budaya yang serupa dan pengalamanya cenderung serupa,
nilai – nilai mereka akan serupa , walaupun dua orang tersebut tidak mungkin
pola nilai yang tetap serupa , namun mereka cukup serupa untuk mengenal
kesamaan dan utuk mengidentifkasi” yang lain sama sepeti saya” (Gooenough,
1966)
3. Unsur – Unsur Budaya
Ada beberapa pendapat
ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain
sebagai berikut:
Melville J.
Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1.alat-alat teknologi
2.sistem ekonomi
3.keluarga
4.kekuasaan politik
4.
Perbedaan
Budaya
Sesungguhnya karena
tradisi berbeda budaya dan peningkatan mobilitas dan memiliki standart
pereilaku yang sama. Individu yang dibesarkan dalam kelompok seperti itu
mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku
mereka.
a. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok
dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart perilaku yang
sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh
norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka ( Harwood, 1981 )
b. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab
karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya ber beda. Shock
budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan
kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi
secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat
paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.( Leininger, 1976).
Perawat dapat
mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok budaya
dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang
lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan
kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling
nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan
berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya.
Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya
dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk
komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang
sama. Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang
sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat
penting untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti
maksudnya.
d. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribdi
adalah ikatan yang tidak terlihat dan flesibel. Pengertian tentang jarak
pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan
peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka
mempunyai ijin keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan
perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi
kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai
untuk melindungi hak privasi.
e. Padangan Sosiokultural Tentang
Penyakit dan Sakit
Budaya
mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika
kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus
mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada
dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya, maka
terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, setatus kesehatan, dan pola
– pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya yang berbeda – beda.
Perilaku
pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan biologis
individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas status
kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan (
Elling, 1977 )
·
Definisi Politik
Politik merupakan Ilmu
yang mempelajari Politik, untuk mengetahui lebih lanjut maka perlulah diketahui
definisi Politik itu sendiri, yaitu:
1. Politik adalah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik (atau negara)
yang menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan
melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. (Miriam Budiarjo)
2. Politik
menyangkut “who gets what, when, and how” (Harold Laswell)
3. Politik adalah interaksi antara pemerintah
dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masayarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu. ( Ramlan Surbakti )
Dari bermacam- macam
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Politik merupakan suatu rangkaian
asas, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang di kehendaki.
·
Konsep
Dasar Politik
Sehubungan dengan
definisi yang telah dikemukakan di atas, maka kita mengenal adanya
konsep-konsep dasar Politik, yaitu:
1. Negara
Menurut Prof. Miriam
Budiarjo, Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah
(governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan
(control) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Menurut Roger H.
Soltau, Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
Syarat berdirinya suatu
negara adalah memiliki wilayah, penduduk, pemerintah, dan kedaulatan.
Sifat–sifat Negara adalah memaksa, monopoli, dan mencakup semua. Sedangkan
tujuan akhir negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum
publicum, common good, common wealth).
2. Kekuasaan
Kekuasaan
merupakan kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan /tujuan dari
perilaku.(Miriam Budiarjo)
Menurut
Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “ Ilmu Politik
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”
Sedangkan
menurut W.A Robson dalam The University Teaching of Social Sciences: “Ilmu
Politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, … yaitu sifat hakiki, dasar,
proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Focus perhatian sarjana ilmu
politik…tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan,
melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang
pelaksanaan kekuasaan itu.”
3. Pengambilan Keputusan
Keputusan
(decision) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan
istilah Pengambilan Keputusan (decision making ) menunjuk pada proses memilih
berbagai aternatif yang ada untuk kebijakan publik. Pengambilan keputusan
sebagai konsep pokok dari politik menyangkut keputusan-keputusan yang diambil
secara kolektif dan yang mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu
dapat menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut
kebijakasanaan-kebijaksanaan untuk mencapai tujuan tersebut (Miriam Budiarjo).
“The process of
making government policies” (Ranney)
4. Kebijaksanaan Umum (public
policy)
Merupakan suatu
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam
usaha memilih tujuan-tujuan dan caa-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pada
prinsipnya pihak yang membuat kebijsanaan tersebut memiliki kekuasaan untuk
melaksanakannya. (Miriam Budiarjo)
5. Pembagian (distribusi) dan
alokasi (allocation)
Merupakan
pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Menurut
para ahli politik membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat dan
seringkali pembagian ini tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik.
B. Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Pelayanan
kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
Semua
orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan
kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34
menyatakan negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera,
tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, namun
sering terjadi dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan
yang baik hanya diberikan bagi kalangan masyarakat yang mampu sedangkan
masyarakat yang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan
proporsional
Pelayanan kesehatan
saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan pasien sebagai pelanggan dan
menjadi fokus pelayanan, yang berarti kepuasan, keselamatan dan kenyamanan
merupakan hal utama bagi pasien. Harapan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan mencakup pelayanan yang indikatif dan bermutu,
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara social dan ekonomi. (UU Kesehatan No.23 tahun 1992 dalam
bukunya Soekidjo Notoatmodjo, 2007 :3).Hal tersebut berarti bahwa kesehatan
seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan social saja, tetapi
juga diukur dari produktifitasnya.
Dalam rangka untuk
mewujudkan kesehatan dilakukan upaya kesehatan, yaitu setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2007 : 8).Upaya mewujudkan kesehatan dilihat
dari dua aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan.Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yaitu aspek kuratif dan
rehabilitative sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek juga yaitu
aspek preventif dan promotif.Hal tersebut dapat diartikan bahwa upaya untuk
mewujudkan kesehatan dilakukan secara komprehensif, oleh sebab itu upaya
kesehatan promotif mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok, atau
individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal.
C. Hubungan Kebudayaan dengan
Pelayanan Kesehatan
Menjadi sakit
memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang berat
dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu
dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap merka terhadap penyakit
tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap oang sakit diisolasi dan dibiarkan saja.
Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit
infeksi seperti cacar dan TBC.
Bentuk
pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri
tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan
secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya
adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan,
bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawana denganpemikiran secara
medis.
Didalam
masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema. Budaya
menuntut merawat penderita di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulah tempat
ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadp anti biotika.
Bila suatu
bentuk pelayanan kesehatan baru di perkenalkan kedalam suatu masyarakat dimana
faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan
memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih cara
baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan
pokok mereka lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebut berbeda ,
sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih
menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup
mereka. Maka cara baru itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk
kasus-kasus tertentu saja.
Pelayanan
kesehatan yang moderen oleh sebab itu harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat,
akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara moderen dan menyapu
semua cara-cara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau
bangsa, sering mereka merasa asing dengna penduduk setempat . ini tidak aan
terjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka
dan menjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak
simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap
masyarakat mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan
ksehatan masing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka .
akan mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak mereka
terima.
Pemuka-pemuka
didalam masyarakat itu harus di yakinkan sehingga mereka dapat memberikan
dukungan dan yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan untuk melunturkan
kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberika manfaat yang lebih
besar.pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya bila pengobatan
tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengiris-iris
bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan
memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang
dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan
berfikir dan menerima.
Hubungan antara
faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk di
pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang
baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan
mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di
dalam masyarakat tersebut.
Kebudayaan yang
dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah,
tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan
informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada
masyarakat. Ada banyak cara yang bisa dilakukan ,mulai dari perkenalan
program kerja, menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan
secara personal.
D.
Politik terhadap pelayanan kesehatan
Terdapat beberapa
kasus tentang pelayanan kesehatan di Indonesia, ironisnya kasus tersebut selalu
menunjukkan betapa buruknya pelayanan kesehatan di Negeri ini meskipun telah
dibentuk badan ombusdman yang bertugas mengawasi jalannya pelayanan publik saat
ini. Di bentuk standart operatinal programme (SOP) yang menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan. Namun demikian masih ditemukan
permasalahan-permasalahan yang seakan menunjukkan rendahnya komitmen pemerintah
dalam menjalankan instrumen yang mereka buat sendiri.
Tahun 2004
dikejutkan dengan laporan hasil penelitian Governance and Desentralization
Survey (GDS) tahun 2002 yang menimpulkan bahwa menyimpulkan bahwa pelayanan
publik di Indonesia masih sangat rendah. Fakta lain menunjukkan bahwa Sejak
periode November 1998 hingga Juli 2003, Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan
Indonesia (YPKKI), telah mencatat 257 kasus pengaduan dari masyarakat tentang
buruknya pelayanan kesehatan. Sebanyak 30 persennya adalah dugaan adanya mal
praktik (Harsono&Worotikan, 2004).
Pelayanan
kesehatan yang seharusnya diprioritaskna bagi mereka yang kurang ternyata hanya
isapan jempol belaka. Banyak kasus ditemui bahwa mereka yang kurang mampu
mendapatkan pelayanan yang buruk, bahkan di salah satu kabupaten di Madura
beredar stigma bahwa pelayanan kesehatan di RSUD setempat sangat buruk dan
banyak pasien yang meninggal gara-gara buruknya pelayanan. Pelayanan yang bagus
hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai akses khusus atau mereka yang
mempunyai relasi dengan pengelola (pengamatan penulis).
Permasalahan yang
terjadi dalam pelayanan sosial khusus pelayanan kesehatan di indonesia saat ini
sesungguhnya sejak lama telah ditemukan indikatornya, namun hal ini tidak mudah
untuk diselesaikan karena sudah menjadi sebuah sistem dalam penyelenggaraan
program bahkan dalam birokrasi kita. Sebagaimana kita pahami, meskipun
reformasi sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun, situasi dan kondisi ternyata
tidak jauh berbeda dengan masa orde baru. Hal ini disebabkan sulitnya
membongkar konspirasi negatif dalam penyelenggaraan negara termasuk dalam
pelayanan kesehatan. Hasil survey Governance and Desentralization Survey (GDS)
tahun 2002 menunjukkan salah satu permasalahan dalam pelayanan publik di
Indonesia adalah adanya kesempatan yang mendukung terjadinya konspirasi yang
berujung KKN. Menariknya lagi apa yang disampaikan Prof. Susetiawan bahwa
reformasi bukannya meruntuhkan spirit orde baru, hanya mengganti nama rezim yang
lebih populis, akan tetapi sistem dan spirit yang diusung masih saja mewarnai
rezim pemerintahan saat ini, sehingga tidak mengherankan apabila ditemukan
kasus-kasus klasik sebagaimana pada masa orde baru. Oleh karena itu,
dalam pembahasan ini dipakai pendekatan sistem politik dan pendekatan birokrasi.
Implementasi program pelayanan kesehatan di
Indonesia yang merupakan salah satu wujud intervensi pemerintah untuk
memujudkan kesejahteraan masyarakat membutuhkan dukungan dari sistem politik
yang kuat. Untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, diperlukan
kemampuan sistem politik dalam menghadapi permasalahan dan tantangan aktual
dalam negara. Bagaimana sistem politik kita menyikapi tuntutan masyarakat
khususnya dalam pelayanan sosial bidang kesehatan. Dalam perspektif ini
terdapat pandangan menarik dari Gabriel Almond, bahwa kemampuan sistem politik
(Political system capabilities) dapat diukur dengan beberapa indikator. Pertama
kemampuan sistem politik dalam ekstraksi sumberdaya, Baik sumberdaya alam
maupun sumberdaya manusia bahkan sumberdaya sosial. Kedua kemampuan regulatif,
bagaimana sebauh negara mampu mengendalikan perilaku warga negaranya dengan
regulasi yang berlaku termasuk dalam perilaku hukum, ekonomi, sosial dan
politik. Ketiga kemampuan responsif, bagaimana tingkat responsifitas pemerintah
dalam merespon permasalahan yang sedang terjadi dalam masyarakat. Ketiga
kemempuan distributif, dalam pemerataan hasil-hasil pembangunan dll, termasuk
pemerataan pendapatan, pemerataan lapangan pekerjaan dll. Keempat kemampuan
simbolik. Kelima kemampuan dalam dan luar negeri, ketika semua kapabilitas
dalam negeri maka kapabilitas tersebut akan memancar dan berpengaruh dalam
dunia internasional.
Permasalahan dalam
pelayanan kesehatan saat ini berkutat masalah buruknya pelayanan, harga
obat-obatan yang mahal, mal praktik hingga diskriminasi pelayanan. Tentu saja
ini menyangkut permasalahan regulasi pemerintah khususnya pedoman teknis
pelaksanaan sebuah kebijakan. Standard pelayanan yang sudah ditentukan
terkadang tidak dilaksanakan oleh petugas pelayanan dikarenakan : tidak ada
sanksi tegas dari pihak supervisi pelaksana pelayanan sehingga pelanggaran oleh
palaksana seringkali dilakukan karena tidak ada sanksi tegas. Hal ini sejalan
dengan pemikiran George Homans tentang keterulangan perilaku, menurutnya
ketidak jelasan Punismant (sanksi) menyebabkan keterulangan pelanggaran. Dalam
hal ini kapabilitas regulatif pemerintah masih sangat rendah karena tidak mampu
mengendalikan perilaku para pelaksana pelayanan kesehatan. Secara distributif,
terjadi ketidakmerataan pendistribusian pelayanan, sehingga kelompok tertentu
tidak mendapatkan pelayanan yang layak. Bahkan belakangan memunculkan istilah
orang Miskin dilarang sakit, karena buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia
yang sangat tidak berpihak pada golongan miskin.
Buruknya pelayanan
kesehatan telah lama menjadi permasalahan publik di Indonesia, namun demikian
kapabilitas responsif pemerintah masih sangat rendah, hal ini terbukti dengan
berlarut-larutnya permasalahan tersebut. Seharusnya pemerintah responsif atas
permasalahan dengan mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Berdasarkan
analisis di atas dapat kita pahami bahwa permasalahan pelayanan kesehatan di
indonesia di sebabkan oleh sistem yang lemah serta komitmen birokrasi yang
rendah. Untuk itu untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan reformasi
birokrasi khususnya yang menangani masalah pelayanan kesehatan. Reformasi
birokrasi ini mengedepankan akuntabilitas, transparansi, selain itu juga
diperlukan pemenuhan empat syarat utama efektifitas dan efisiensi implementasi
kebijakan, yaitu komunikasi yang baik, sumberdaya yang berkualitas, disposisi
yaitu karakteristik implementor yang jujur, komitmen dan bertanggung jawab
serta struktur birokrasi yang kondusif.
Selanjutnya,
masalah ini tidak hanya bersumber dari implementor atau oknum pelaksana,
melainkan juga sangat ditentukan oleh sistem yang menaunginya. Untuk mengatasi
permasalahan ini dapat dilaksnakan melakukan: pertama reformasi birokrasi.
Termasuk, mengembangkan sistem penggajian untuk perbaikan penghasilan PNS,
termasuk di RS dan puskesmas yang terkadang tidak mengenal jam kerja. Kedua
Penerapan sistem reward dan punishment sehingga setiap petugas kesehatan akan
sangat menyayangi dan mencintai profesinya. Ketiga Pemberian keleluasaan kepada
instansi pelaksana pelayanan kesehatan misalnya RS pemerintah dan puskesmas
untuk mengelola keuangannya sendiri. Keempat . Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah harus lebih peduli akan permasalahan yang dihadapi RS dan puskesmas.
Dengan penerapan langkah-langkah diatas diharapkan pelayanan kesehatan di
Indonesia lebih efektif dan efisien.
Pelayanan
kesehatan merupakan salah satu upaya intervensi pemerintah untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, upaya ini merupakan respon atas situasi
krisis ekonomi yang disinyalir menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat
termasuk kesehatan. Menyikapi situasi demikian, pemerintah meluncurkan beberapa
program diantaranya program Jaring Pengaman Sosial – Bidang Kesehatan (JPS-BK)
pada 1998. Program ini didukung oleh sarana pelayanan kesehatan meliputi Bidan
desa, Puskesmas dan rumah sakit pemerintah.
Pelayanan
kesehatan sebagai bentuk intervensi pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan
membutuhkan daya dukung yang memadai, baik sarana dan prasarana maupun kualitas
sumberdaya. Meskipun telah didukung dengan berbagai Undang-undang dan kebijakan
pemerintah, ternyata pelayanan kesehatan di indonesia masaih saja menyisakan
permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi diskriminasi pelayanan,
ketidakpastian biaya dan prosedur, birokrasi yang berbelit serta buruknya
kualitas pelayanan medisnya bahkan dari data diatas banyak juga yang menjadi
korban mallpraktik.
Menyikapi hal tersebut kiranya perlu dilakukan reformasi birokrasi guna menciptakan birokrasi yang bersih, akuntabel dan transparan dalam memberikan pelayanan. Hal ini dapat dilakukan apabila kapabilitas pemerintah khususnya kapabilitas regulatif, kapabilitas distributif dan kapabilitas responsif mampu dimaksimalkan. Lingkungan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab akan menciptakan budaya kerja yang bersih juga, termasuk dalam pelayanan kesehatan. Dengan adanya pembenahan pada level sistem dan oknum birokrasi diharapkan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lagi ditemukan diskriminasi dan ketidakadilan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pelayanan
kesehatan di indonesia dinilai sangat buruk. Meskipun telah di undangkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan namun pelayanan kesehatan
di Indonesia masih menuai banyak permasalahan. Buruknya pelayanan publik
(termasuk pelayanan kesehatan) di Indonesia bukanlah hal baru di negeri ini.
Bahkan survey internasional mengungkap hal tersebut, World Development Report
2004 dan hasil penelitian Governance and Desentralization Survey (GDS) tahun
2002 menyimpulkan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah
Kebudayaan yang
dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah,
tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan
informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan ,mulai dari perkenalan program kerja,
menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal.
Permasalahan dalam
pelayanan kesehatan saat ini berkutat masalah buruknya pelayanan, harga
obat-obatan yang mahal, mal praktik hingga diskriminasi pelayanan. Tentu saja
ini menyangkut permasalahan regulasi pemerintah khususnya pedoman teknis
pelaksanaan sebuah kebijakan
B. Saran
Pelayanan kesehatan sebagai bentuk
intervensi pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan membutuhkan daya dukung
yang memadai, baik sarana dan prasarana maupun kualitas sumberdaya. Menyikapi
hal tersebut kiranya perlu dilakukan reformasi birokrasi guna menciptakan
birokrasi yang bersih, akuntabel dan transparan dalam memberikan pelayanan.
Lingkungan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab akan menciptakan budaya
kerja yang bersih juga, termasuk dalam pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
6. http://sosialcorner.com/buruknya-pelayanan-kesehatan-sebuah-anomali-pelayanan-sosial-di-indonesia .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar