TUGAS Mata Kuliah
Biostatistik INFERENSial
“Uji
Tanda (Sign Test)”
O L E H
RUSTAM EFENDY
MUH. IRFAN MASHURI
FARADILLA
ABDI SETIAWAN
NUR AKIFAH
HUDRIANI JAMAL
AINUM JHARIAH HIDAYAH
ANDRIANASTI PREPUTRI
NOVHITA PAEMBONAN
MUH ARDASIR M
ANDI AHMAD
KELAS A
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2012
UJI TANDA (SIGN TEST)
Uji tanda (sign test)
merupakan uji statistic non-parametrik yang sederhana dan merupakan uji
non-parametrik yang paling awal digunakan. Dinamakan “Uji Tanda” karena hasil
pengamatan didasarkan atas tanda ( positif atau negatif ) dan bukan pada
besarnya nilai numerik.
Fungsi:
Digunakan pada penelitian dimana :
1.
Pengukuran
kuantitatif tdk mungkin atau tdk dapat
dilakukan.
2.
Unit observasi
adalah data pasangan yg masih mungkin ditentukan tingkatannya berdasarkan hubungan antara
kedua pasangan.
3.
Dapat
diterapkan pada kasus dua sampel berhubungan dgn asumsi bahwa terjadinya
perbedaan karena adanya dua kondisi yg berbeda.
Prinsip
- Variabel yg diamati memiliki selisih distribusi
observasi.
- Unit observasi tdk selalu ditarik dari satu
populasi yg sama , tetapi (pasangan observasi bisa berasal dari populasi
yg berbeda).
- Tiap subyek dipasangkan sedemikian rupa
sehingga memberi kesamaan (ciri tertentu sma) dan berlaku sebagai
pengontrol terhadap dirinya sendiri.
Syarat
Penggunaan
- Pasangan hasil pengamatan yg sedang
dibandingkan bersifat independen.
- Masing-masing pengamatan dalam tiap pasang
terjadi karena pengaruh kondisi yg serupa.
- Pasangan yg berlainan terjadi karena kondisi yg
berbeda.
Prinsip Penyelesaian
Apabila hasil dari suatu pengamatan X dan Y terjadi karena perlakuan A
dan B, dengan sampel yg berukuran N,
maka dapat ditulis (X1, Y1), (X2, Y2)…….(Xn,
Yn)
Hasil
perlakuan A dan B menghasilkan selisih dalam bentuk :
(X1 - Y1), (X2 - Y2)…….(Xn
- Yn)
Apabila X1 > Y1 diberi
tanda “ + “ (positif)
Apabila X1< Y1 diberi tanda
“ - “ (negatif)
Apabila X1 = Y1 pasangan ini diabaikan
N =
menyatakan banyaknya pasangan sampel, setelah dihilangkan pasangan X1
= Y1
H =
menyatakan banyaknya tanda negatif atau positif yg paling sedikit
D = Ho ditolak atau diterima pada nilai a
, berdasarkan daftar nilai kritis untuk uji tanda (tabel D).
Untuk sampel yg lebih
besar dari 25, maka pendekatan yg dilakukan ialah dengan menggunakan uji “ Chi
square “ dengan rumus sbg berikut :
Keterangan:
n1 = banyaknya data positif
n2 = banyaknya data negatif
Pernyataan hipotesis
Ho :
tidak ada perbedaan pengaruh pada kedua perlakuan
Ha :
terdapat perbedaan pengaruh pada kedua perlakuan
Penolakan hipotesis
Ho
ditolak atau diterima pada nilai a = 0,01 atau
0,05, berdasarkan daftar nilai kritis untuk uji tanda (tabel D).
LANGKAH-LANGKAH YANG DIPERLUKAN DALAM MELAKUKAN UJI TANDA:
1. Menentukan hipotesis
Hipotesis merupakan langkah pertama yang harus ditentukan. Hipotesis dapat ditentukan satu arah atau dua arah, apabila H0mengandung tanda sama dengan (=), berarti uji satu arah,
sedang hipotesis yang mengandung tanda ketidaksamaan (≤, ≥) berarti uji dua arah. Hipotesis nol
untuk uji tanda biasanyamenyatakan bahwa tidak ada perbedaan, sedang hipotesis alternatif
menyatakan adanya perbedaan.
2. Memilih taraf nyata
Taraf nyata ini merupakan tingkat toleransi terhadap kesalahan kita terhadap sampai. Pada umumnya dapat digunakan taraf nyata 1%, 5% atau 10% tergantung pada kepentingan dan bidang ilmu.
3.Menghitung frekuensi tanda
Pada langkah ini dilakukan perhitungan untuk jumlah observasi yang relevan (n) yaitu observasi yang mempunyai tanda + dan -, sedang tanda 0 tidak dipergunakan. Setelah
menentukan nilai observasi, maka perlu mengetahui nilai r yaitu jumlah obyek untuk saat yang bersamaan, dimana jumlah r bisa sama dengan n atau lebih kecil dari n.
menentukan nilai observasi, maka perlu mengetahui nilai r yaitu jumlah obyek untuk saat yang bersamaan, dimana jumlah r bisa sama dengan n atau lebih kecil dari n.
4.
Menentukan probabilitas hasil sampel yang diobservasi.
Pada langkah ini perlu diketahui berapa probabilitas suatu kejadian dari n sampel observasi yang relevan dengan r kejadian secara bersamaan. Nilai r biasanya dipilih berdasarkan tanda + atau yang paling kecil dari n observasi yang relevan. Untuk keperluan ini kita dapat menentukan tabel probabilitas binomial atau menghitung manual dengan rumus : P (r) = (nCr)prq
n-r.
5. Manarik kesimpulan
Aturan umum dalam menentukan menerima atau menolak H0,adalah : menerima H0 apabila α≤probabilitas hasil sampel, dan menolak H0 apabila α≥
probabilitas hasil sampel.
HIPOTESISNYA
Ho : p1
= p2 lawan H1 :
p1≠p2
Disini p1 adalah jumlah pasangan positip dan p2 adalah jumlah pasangan negative.
Dalam hal ini pi diperoleh jika Xi1>Xi2
dan p2 diperoleh jika Xi1<Xi2
jika Xi1 =Xi2
maka pasangan data tersebut tidak dipakai sehingga n= p1+p2
Jika p1=p2
maka p1/n=p2/n-0,5
jadi jika p1/n=p2/n=0,5
maka Ho diterima dan jika p1/n
atau p2 dekat dengan 0,5
maka Ho mungkin diterima, sedangkan jika p1/n
atau p2/n jauh lebih besar
atau lebih kecil dari dari 0,5 maka Ho kemungkinan ditolak untuk membuat
kriteria penerimaan Ho(diterimaatau ditolak) maka telah dibuat tabel (tabel uji
tanda) sehingga :
Jika p1
atau p2 berada di dalam
daerah peneriman Ho pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) maka Ho diterima (P>0,05)
sedangkan jika berada di luar daerah penerimaan α=0,05 maka Ho ditolak (p<0,05)
dan jika berada di luar daerah penerimaan untuk α=0,01 maka Ho ditolak (P<0,01)
Uji Tanda Dapat Dilakukan Pada Satu
Sampel dan Sampel Berpasangan.
1.
Uji
tanda ( sign test ) satu sampel
Uji tanda satu sampel
digunakan bila kita ingin mengetahui apakah sampel yang kita peroleh berasal
dari populasi dengan median tertentu.
Untuk menguji
hipotesis, data sampel disusun sedemikian rupa sehingga untuk nilai yang lebih
besar dari nilai median populasi kita beri tanda positif ( + ), untuk nilai
lebih kecil dari median populasi diberi tanda (-), dan bila nilai sampel sama
dengan median populasi maka diberi tanda 0, nilai ini tidak digunakan dalam
analisis.
Pada hipotesis nol kita
harapkan tanda (+) sama dengan tanda (-) atau 50 % dengan tanda positif dan 50
% dengan tanda negative. Bila hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan tanda
dengan yang kita harapkan maka kita ingin mengetahui apakah perbedaan tersebut
disebabkan karena memang berada atau hanya karena faktor kebetulan.
Contoh
:
Misalkan, diketahui bahwa obat A untuk menghilangkan
rasa nyeri mempunyai median (Me) waktu penyembuhan 8 jam. Bila obat A
dikombinasi dengan obat C apakah dapat mempercepat waktu kesembuhan ? Untuk
mengetahui hal ini maka kombinasi obta A dan C diberikan pada 11 orang.
Pengujian hipotesis dilaukan pada
derajat kepercayaan 95 %
Jawab :
Ho =
Me populasi = Me sampel ( median waktu penyembuhan kombinasi obat A dan C
=8jam)
Ha =
Me populasi # Me sampel
α = 0,05
Hasil pengamatan terhadap 11 orang
tersebut sebagai berikut.
Waktu
Penyembuhan
|
Median
|
Tanda
|
6
|
8
|
-
|
7
|
8
|
-
|
8
|
8
|
0
|
9
|
8
|
+
|
10
|
8
|
+
|
10
|
8
|
+
|
10
|
8
|
+
|
11
|
8
|
+
|
11
|
8
|
+
|
12
|
8
|
+
|
12
|
8
|
+
|
Dari hasil tersebut
tampak bahwa 2 orang denga tanda (-) dan satu orang dengan tanda 0. Apa yang
dapat kita simpulakn dengan 2 ( - ), sedangkan kita berharap terdapat 5 ( - ) ?
Untuk menyelesaikan
soal di atas dapat digunakan table 10 untuk Uji Tanda. Pada n=10 ( 1 tidak
digunakan karena hasilnya 0 ) dengan derajat kemaknaan 5% dihasilkan nilai h=1
.
Agar kombinasi obat (
A+C ) berbeda secara bermakna dibandingkan obat A atau untuk menolak hipotesis
nol maka jumlah tanda (-) harus = 1
Dari hasil pengamatan
diperoleh 2 orang dengan tanda (-) maka kita tidak dapat meniloak hipotesis nol
yang berarti secara statistic tidak terdapat perbedaan efek kombinasi obat
tersebut atau efek obat A tidak berbeda dengan kombinasi obat A+C pada derajat
kemaknaan 5% ( p >0,05 )
2.
Uji
sampel berpasangan
Di bidang kedokteran, kita sering mengadakan penelitian untuk
mengetahui efisiensi dua macam obat atau untuk mengetahui keefektifan satu obat
dibandingkan placebo. Cara ini dilakukan dengan dua sampel berpasangan atau
satu sampel diperlakukan dua kali.
Uji tanda dipakai untuk
data yang berpasangan dengan kategori/perlakuan dua (P=2) dan terbaik jika
digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal (ada/tidak,
mati/hidup,sakit/sehat dan sebagainya).
Bila digunakan dua buah sampel, biasanya penelitian dilakukan
pada dua kelompok penderita yang dianggap sama atau sampel yang berpasangan.
Pada statistika parametric, untuk membandingkan dua proporsi pada sampel yang
berpasangan digunakan Mc.Nemar’s test.
Untuk membandingkan dua proporsi melalui dua sampel yang
berpasangan atau setiap penderita diperlakukan dua kali pada statistika
non-parametrik digunakan sign test.
Contoh
:
Kita
akan mengadakan penelitian untuk membandingkan dua macam obat penghilangkan
nyeri pada dismenero. Untuk itu diambil sampel sebanyak 30 orang.
No
Urut
|
Obat
A
|
Obat
B
|
Tanda
|
1
|
3
|
2
|
+
|
2
|
4
|
2
|
+
|
3
|
3
|
4
|
-
|
4
|
2
|
3
|
-
|
5
|
4
|
3
|
+
|
6
|
3
|
4
|
_
|
7
|
3
|
1
|
+
|
8
|
4
|
5
|
-
|
9
|
4
|
3
|
+
|
10
|
3
|
3
|
0
|
11
|
2
|
3
|
-
|
12
|
3
|
3
|
0
|
13
|
2
|
3
|
-
|
14
|
4
|
2
|
+
|
15
|
2
|
3
|
-
|
16
|
4
|
5
|
-
|
17
|
3
|
4
|
-
|
18
|
3
|
3
|
0
|
19
|
2
|
2
|
0
|
20
|
1
|
2
|
-
|
21
|
2
|
2
|
0
|
22
|
4
|
3
|
+
|
23
|
3
|
2
|
+
|
24
|
4
|
2
|
+
|
25
|
3
|
3
|
0
|
26
|
2
|
1
|
+
|
27
|
3
|
2
|
+
|
28
|
1
|
2
|
-
|
29
|
3
|
2
|
+
|
30
|
4
|
2
|
+
|
Keterangan
:
13 tanda ( + )
11 tanda ( – )
6 tanda 0
Pada
tahap pertama diberi obat A yang lazim digunakan sebagai control, dicatat waktu
hilangnya nyeri, dan sebulan kemudian diberi obat B pada orang yang sama dan
dicatat waktu hilangnya rasa nyeri. Kedua hasil kemudian dibandingkan.
Bila
obat B lebih cepat menghilangkan rasa nyeri daripada obat A maka diberi tanda
(+) dan bila obat B lebih lama daripada obat A maka diberi tanda (-) atau bila
sama diberi tanda ), hasil ini tidak dianalisis. Bila efek obat A sama dengan
efek obat B maka kita harapkan 50% (+) dan 50% (-).
Bila
obat A sama dengan obat B maka kita harapkan 50 % dengan tanda (+) dan 50% (-)
Ho
= Efek obat A = Obat B
Ha
= Efek obat A # obat B
a = 0,05
Tanda
yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan tanda negative (-) adalah 11. Untuk
menolak hipotesis nol maka tanda ( - ) hasil pengamatan harus ≤ dari nila yang
terdapat dalam table 11 uji tanda.
Pada
contoh di atas, jumlah tanda (-) 11, sedangkan dari tabel Uji Tanda dengan n=24
diperoleh h = 6. Ini berarti bahwa untuk menolak hipotesis nol jumlah tanda (-)
hasil pengamatan harus lebih kecil daripada nilai yang terdapat dalam table.
Perbedaan
tersebut dianggap belum cukup besar untuk menyatakan bahwa kedua obat tersebut
memang berbeda. Oleh karena itu, secara statistic kita tidak dapat menolak
hipotesist nol yang berarti obat B tidak berbeda dengan obat A pada derajat
kemaknaan 0,05.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan kelainan
ginjalkanan dan kiri pada ternak kelinci akibat pemberian insektisida pada
pakannya. Dari 10 ekor kelinci yang diperiksa diperoleh data sebagai berikut :
Kelinci
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
Ginjal kanan
|
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
|
Ginjalkiri
|
0 0 1 1 0 1 1 1 0 1
|
Xi1 –Xi2
|
1 1 0 -1 1 -1 -1 -1 1 -1
|
Hipotesisnya:
Ho : p1 = p2 lawan H1 : p1≠p2
Dari tabel diatas dapat
ditentukan p1= 4 dan p2 =5 sehingga n = 4 +5=9.
Untuk n =9 pada α=0,05 daerah penerimaa Ho adalahantara 1-8 dan
pada α=0,01 antara 0-9.
Oleh karena p1 dan p2 berada di dalam daerah penerimaan Ho maka
Ho diterima (P>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelainan ginjal
kelinci tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara yang kanan
dengan yang kiri.
Contoh
:
Dua
buah kelompok mahasiswa diukur tingkat pengetahuannya tentang HIV/AIDS.
Kelompok A adalah Mahasiswa yang tidak diberi penyuluhan kesehatan tentang
HIV/AID, sedangkan Kelompok B adalah Mahasiswa yang diberi penyuluhan kesehatan
tentang HIV/AIDS. Banyaknya pasangan mahasiswa tersebut adalah 21 orang.
Hasilnya disusun dalam tabel berikut :
Tabel. Hasil
Pengukuran Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS Pasangan Mahasiswa
Pasangan Observasi
|
Kelompok A
|
Kelompok B
|
Arah Perbedaan
|
Tanda
|
1
|
42
|
35
|
A>B
|
+
|
2
|
37
|
40
|
A<B
|
-
|
3
|
38
|
39
|
A<B
|
-
|
4
|
34
|
33
|
A<B
|
+
|
5
|
36
|
41
|
A>B
|
-
|
6
|
32
|
40
|
A<B
|
-
|
7
|
45
|
43
|
A>B
|
+
|
8
|
42
|
50
|
A<B
|
-
|
9
|
42
|
43
|
A<B
|
-
|
10
|
41
|
49
|
A<B
|
-
|
11
|
39
|
39
|
A = B
|
0
|
12
|
39
|
47
|
A<B
|
-
|
13
|
43
|
34
|
A>B
|
+
|
14
|
41
|
50
|
A<B
|
-
|
15
|
40
|
49
|
A<B
|
-
|
16
|
37
|
31
|
A>B
|
+
|
17
|
34
|
39
|
A<B
|
-
|
18
|
45
|
47
|
A<B
|
-
|
19
|
43
|
51
|
A<B
|
-
|
20
|
41
|
40
|
A>B
|
+
|
21
|
34
|
39
|
A<B
|
-
|
22
|
45
|
47
|
A<B
|
-
|
23
|
43
|
51
|
A<B
|
-
|
24
|
41
|
40
|
A>B
|
+
|
25
|
40
|
38
|
A>B
|
+
|
26
|
40
|
38
|
A>B
|
+
|
Penyelesaian:
1) H0 = Tidak ada Perbedaan
Pengaruh Penyuluhan antara Mahasiswa Kelompok A dengan Kelompok B.
Ha
= Ada Perbedaan Pengaruh Penyuluhan antara Mahasiswa
Kelompok A dengan Kelompok B.
2) Titik Kritis pada α = 0,05
3) Daerah Penolakan:
H0 ditolak bila ptabel<α =
0,05
H0 diterima bila ptabel>α =
0,05
4) Perhitungan Uji Tanda (Sign Test) :
X = (Banyaknya tanda dengan jumlah lebih sedikit) =
10
N = (Banyaknya pasangan yg menunjukkan perbedaan) =
25
D = (Tabel
D yg menunjukkan nilai penolakan
atau penerimaan Ho)
Interpretasi:
Menurut tabel D, untuk X = 7 dengan N = 20 maka nilai “ p ” (p
tabel) = 0,132 > dari nilai “ a ” = 0,05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha
ditolak.
Sampel > 25, maka dilakukan pendekatan Uji Chi-Square:
Misalkan dari contoh soal di atas, diketahui:
n1 = banyaknya data positif = 10
n2 = banyaknya data negatif = 15
X2
== = 1,44
Interpretasi: Untuk X² dengan a = 0,05, DF =
K-1 nilai X²tabel = 3,841. Dari hasil perhitungan X² = 1,44.
Artinya, X² hitung < X² tabel, dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak.
5) Kesimpulan: Tidak ada Perbedaan
Pengaruh Penyuluhan antara Mahasiswa Kelompok A dengan Kelompok B.
Daftar
Pustaka
Dr.
Budiarto, Eko. SKM. Biostatistika untuk
Kedokteran dan Kesmas. Bandung. 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar