Tugas Kelompok Pengantar
Manajemen SDM
DOSEN :
Dr. Darmawansyah, SE, M.Si
MAKALAH
“PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM”
DISUSUN
OLEH
ADITHIA BUDIMAN
( K11111631 )
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang
telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik.
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas pengetahuan
tentang Pelatihan dan
Pengembangan SDM, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
Makassar,
April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan
masalah............................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kompetensi
Apa yang di Butuhkan...................................................................................4
B. Hakekat
Pengembangan SDM..........................................................................................5
C. Pengembangan
Pendidikan Berbasis Kompetensi.............................................................6
D. Peran
Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia .......................................9
E. Pengertian
Pelatihan dan Pengembangan.........................................................................10
F. Jenis
Pelatihan dan Pengembangan.................................................................................12
G. Tahapan
Proses Pelatihan dan Pengembangan................................................................14
H. Tujuan
Pelatihan dan Pengembangan...............................................................................21
I. Manfaat
Pelatihan dan Pengembangan............................................................................23
J. Kelemahan
Pelatihan dan Pengembangan.......................................................................24
K. Teknik-
Teknik Pelatihan dan Pengembangan................................................................24
BAB
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................................27
B. SARAN.......................................................................................................................28
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pelatihan dan pengembangan
sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau
bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan
pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan
lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Tidak
terlalu jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering
dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan yang
dianggap belum mampu untuk mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan
kebutuhan masyarakat dalarn pendidikan. Secara deskripsi tertentu potensi para
pekerja pendidikan mungkin sudah memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya,
tapi secara aktüal para pekerja pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi
perkembangan pendidikan sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang akan
dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk
memfasilitasi atau memiasililatori pelatihan dan pengembangan karir para tenaga
kerja pendidikan guna mendapatkan hasil kinerja yang balk, etèktif dan efisien.
Salah satu fungsi manajemen
surmberdaya manusia adalah training and development artinya bahwa untuk
mendapatkan tenaga kerja pendidikan yang bersumberdaya manusia yang baik dan
tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagal upaya untuk
mempersiapkan para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan
jabatan yang dianggap belum menguasainya. Management thought yang dikernukakan
Taylor, bahwa tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat. Teori ini
sangat tepat untuk rnenghindari kemungkinan terburuk dalam kemampuan dan
tanggungjawab bekerja, sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih efektif
dan efIsien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam instansi
pendidikan biasanya para tenaga kerja yang akan menduduki jabatan baru yang
tidak didukung dengan pendidikannya atau belum mampu melaksanakan tugasnya,
biasanya upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan pelatihan dan pengembangan
karir. Dengan melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan mampu
mengerjakan, meningkatkan, mengembangkan pekerjaannya. Dalarn kaitannya dengan
tema iin, pemakalah mencoba dengan menyajiKan point-point penting yang ada
kaitannya dengan pelatihan dai pengembangan sebagai berikut: Pengertian,
tujuan, jenis-jenisnya, tahapan-tahapannya, tekniknya, manfaat dan
kelemahannya.
B.
Rumusan
Masalah
·
Apa saja kompetensi yang dibutuhkan ?
·
Apa hakekat pengembangan SDM ?
·
Bagai mana Pengembangan Pendidikan dan
Pelatihan Berbasis Kompetensi ?
·
Apa Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya
Manusia ?
·
Apa saja jenis pelatihan dan pengembangan ?
·
Bagai mana proses pelatihan dan pengembangan
?
·
Apa tujuan pelatihan dan pengembangan ?
·
Apa manfaat pelatihan dan pengembangan ?
·
Apa saja kelemahan pelatihan dan pengembangan
?
·
Bagai mana teknik-teknik pelatihan dan
pengembangan?
C.
Tujuan
·
Untuk mengetahi kompetensi yang dibutuhkan
·
Untuk mengetahi hakekat pengembangan SDM
·
Untuk mengetahi Pengembangan Pendidikan dan
Pelatihan Berbasis Kompetensi
·
Untuk mengetahui Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya
Manusia
·
Untuk mengetahui jenis pelatihan dan
pengembangan
·
Untuk mengetahui tahapan proses pelatihan dan pengembangan
·
Untuk mengetahui tujuan pelatihan dan pengembangan
·
Untuk mengetahui manfaat pelatihan dan pengembangan
·
Untuk mengetahui kelemahan pelatihan dan pengembangan
·
Untuk mengetahui teknik-teknik pelatihan dan pengembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kompetensi apa yang dibutuhkan?
Menilik dalam organisasi
tingkatan manajemen ada 3 yaitu:
1. Tingkatan Eksekutif
Pada
tingkatan ini diperlukan kompetensi yang berkaitan dengan strategic thinking
dan change leadership manajement. Strategic thinking adalah kompetensi untuk
memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang begitu cepat, melihat peluang
pasar, ancaman, kekuatan dan kelemahan organisasi agar dapat
mengidentifikasikan “strategic responce” secara optimum. Sedangkan change
leadership adalah kompetensi untuk mengkomunikasikan visi dan strategi
perusahaan dan dapat mentransformasikan kepada pegawai.
2. Tingkat Manajer
Pada tingkat ini
diperlukan adalah kompetensi yang meliputi aspek-aspek fleksibilitas, change
implemention, interpersonal understanding, and empowering. Aspek fleksibilitas
adalah kemampuan merubah struktur dan proses manajerial:apabila strategic
perubahan organisasi diperlukan untuk efektifitas pelaksanan tugas organisasi.
Dimensi “interpersonal understanding” adalah kemampuan untuk memahami nilai
dari setiap manusia. Aspek pemberdayaan adalah kemampuan mengembangkan
karyawan, mendelegasikantanggung jawab, memberikan saran umpan balik,
menyatakan harapan-harapan positif pada bawahan serta memberikan reward bagi
peningkatan kinerja.
3. Tingkat Karyawan
Pada tingkat ini di
perlukan kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, menggunakan, mencari
berita, motivasi dan kemampuan untuk belajar, motivasi kerja dibawah tekanan
waktu, kolaborasi, dan orientasi pelayanan terhadap pelanggan.
B.
Hakekat Pengembangan SDM
Pengertian SDM ada dua macam, yaitu:
1) Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam
proses produksi untuk menghasilkan
barang atau jasa, dan
2) Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik
barang atau jasa (Simanjuntak, 1985).
Perbedaan antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas
manusia itu sendiri. Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM
bila memiliki kualitas yang sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam
konteks makro, ciri yang menandainya adalah kualitas untuk melaksanakan
perubahan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam
konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan proses produksi, misalnya dalam
suatu organisasi bisnis atau industri. Jadi, manusia menjadi SDM apabila
dia terlibat dalam proses produksi dan kualitas kemampuan yang dimilikinya
sesuai untuk menghasilkan produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas
tidak ditonjolkan. Karena pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk
pada kategori angkatan kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses
pembangunan atau proses produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan apapun
dia termasuk kategori SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila belum
terlibat, dia masih dikategorikan sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan
keterlibatan, baik pada pengertian pertama maupun pada pengertian kedua, maka
pemanfaatan kemampuan dalam proses pembangunan nasional maupun dalam proses
produksi merupakan indikator utama proses pengembangan SDM. Artinya, upaya
apapun yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi, akan termasuk pada upaya
pengembangan SDM apabila dikaitkan dengan pemanfaatannya dalam pembangunan atau
dalam proses produksi.
Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku
orang-orang yang terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan
serangkaian teknik dan strategi belajar yang relevan (Megginson, Joy-Mattews,
dan Banfield, 1993). Konsep ini mengandung makna adanya berbagai unsur kegiatan
selama terjadinya proses mengubah prilaku, yaitu adanya unsur pendidikan,
adanya unsur belajar, dan perkembangan. Unsur pendidikan dimaksudkan untuk
menentukan teknik dan strategi yang relevan untuk mengubah prilaku. Unsur
belajar dimaksudkan untuk menggambarkan proses terjadinya interaksi antara
individu dengan lingkungan, termasuk dengan pendidik. Adapun unsur perkembangan
dimaksudkan sebagai proses gradual dalam perubahan dari suatu keadaan, misalnya
dari keadaan tidak dimilikinya kompetensi menjadi keadaan memiliki kompetensi,
yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
C. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Pengembangan SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas
difokuskan pada peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang
terlibat atau akan terlibat dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan
kompetensi ini di antaranya dilaksanakan melalui pendidikan. Bila dikaitkan
dengan pengembangan SDM dalam rangka meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri,
pendidikan juga merupakan upaya meningkatkan derajat kompetensi dengan tujuan
agar pesertanya adaptable
terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan
yang diselenggarakan seharusnya juga memberi bekal-bekal kemampuan dan
keterampilan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan
agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Boediono, 1992). Program semacam
ini harus dilaksanakan dengan disesuaikan dengan keperluan dan usaha yang
mengarah kepada antisipasi berbagai perubahan yang terjadi, baik di masa kini
maupun yang akan datang (Han, 1994; Dertouzas, Lester, dan Solow, 1989).
Sebagaimana dijelaskan di atas, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu
proses melakukan perubahan, dalam rangka perbaikan, untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kesejahteraan
terkait dengan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup rakyat, baik material maupun
mental dan spiritual. Adapun kualitas SDM terkait dengan derajat kemampuan,
termasuk kreatifitas, dan moralitas pelaku-pelaku pembangunan. Atas dasar ini, proses
perubahan yang diupayakan melalui pembangunan seharusnya menjangkau perbaikan
semua sektor secara menyeluruh dan berimbang, pada satu sisi, dan pada sisi
lain merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM.
Perbaikan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan
sektor ekonomi, dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat
fisik dan material, baik kebutuhan primer, sekunder, tertier maupun
kuarter. Pemenuhan kebutuhan ini seharusnya seimbang dengan pemenuhan kebutuhan
mental dan spiritual. Bebas dari rasa takut, adanya rasa aman, dihargai harkat
dan martabatnya, dilindungi kebebasan dan hak-haknya, serta tersedianya
kesempatan yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan potensi diri adalah
bentuk-bentuk kebutuhan mental yang seharusnya diperbaiki kondisinya melalui
pembangunan. Adapun pemenuhan kebutuhan spiritual terkait dengan kebebasan dan
ketersediaan prasarana, sarana dan kesempatan untuk mempelajari, mendalami dan
menjalankan ajaran agama yang dianut, sehingga komunikasi dengan Sang Pencipta
dapat terpelihara.
Pada sisi peningkatan kualitas SDM, pembangunan diarahkan untuk menjadikan
rakyat negeri ini kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), dan memiliki moralitas. Kreatifitas
diperlukan untuk bisa bertahan hidup dan tidak rentan dalam menghadapi berbagai
kesulitan. Dengan kreatifitas, seseorang menjadi dinamis dan
bisa menemukan jalan keluar yang positif ketika menghadapi kesulitan atau
masalah.
Penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS sangat dibutuhkan untuk
peningkatan taraf hidup, dan agar bangsa ini bisa disandingkan dan ditandingkan
dengan bangsa-bangsa lain. Ini mengingat, globalisasi dalam berbagai bidang
kehidupan sudah tidak bisa dihindari dan berdampak pada terjadinya persaingan
yang ketat, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik. Untuk
bisa memasuki pergaulan dalam kehidupan global (persandingan dengan masyarakat
global) maupun untuk meraih keberhasilan dalam berbagai kesempatan yang tersedia
(pertandingan dalam kehidupan global) diperlukan pengusaan dan kemampuan
mengembangkan IPTEKS. Adapun moralitas sangat diperlukan agar dalam menjalani
kehidupannya prilaku bangsa ini dikendalikan oleh nilai-nilai kebenaran dan
keadilan yang bersifat nasional dan universal. Karena nilai-nilai ini berkait dengan batas-batas antara baik dan tidak baik, benar dan
tidak benar, serta antara yang menjadi haknya dan bukan haknya, maka tingginya
moralitas dapat meningkatkan keterpercayaan dan keandalan individu dan
masyarakat, baik di mata bangsanya sendiri maupun dalam pergaulan global. Jadi,
kualitas SDM bukan hanya ditentukan oleh kemampuan dan kreativitasnya saja tetapi juga oleh derajat moralitasnya. Selain berkaitan dengan
sistem masyarakat secara umum, kualitas SDM mempunyai keterkaitan erat dengan
kualitas pendidikan sekolah. Karena SDM berkualitas adalah keluaran sistem
pendidikan, proses pendidikan harusnya menjadikan kreativitas, penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS, serta moralitas
sebagai acuan dasar. Unsur penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS bisa
dicapai melalui proses pembelajaran sejumlah mata ajaran secara berjenjang.
Unsur kretivitas bisa dirajut dalam sebagian dari mata ajaran
tertentu, misalnya matematika, IPA dan IPS, namun dengan penerapan model
pembelajaran yang kondusif, seperti keterampilan proses (melalui penemuan).
Adapun unsur moralitas dibangun melalui proses yang kompleks, yang
mengutamakan pada pembentukan sikap yang berkait dengan norma dan nilai-nilai.
Unsur ini bisa juga dirajut melalui isi berbagai mata ajaran, tidak mesti
menjadi suatu mata ajaran tersendiri dalam kurikulum. (Fogarty, 1991).
D.
Peranan Pendidikan Dalam
Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Persoalan ketenagakerjaan selalu mendapat perhatian yang serius dari
berbagai kalangan, baik pemerintah, swasta maupun dari masyarakat.
Kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan ini dapat dipandang sebagai suatu
upaya masing-masing individu untuk memperoleh dan mempertahankan hak-hak
kehidupan yang melekat pada manusia agar memenuhi kebutuhan demi kelangsungan
hidup.
Tujuan pembangunan nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang
damai, demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju dan sejahtera dalam wadah
negara kesatuan republik indonesia yang didukung oleh manusia yang sehat,
mandiri dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dari tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai titik sentral pembangunan
adalah pemberdayaan sumber daya manusia termasuk tenaga kerja, baik sebagai
sasaran pembangunan maupun sebagai pelaku pembangunan. Dengan demikian,
pembangunan ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek pendukung keberhasilan
pembangunan nasional. Di sisi lain, terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, khususnya dibidang
dibidang ketenagakerjaan, sehingga diperlukan kebijakan dan upaya dalam
mengatasinya.
Sehubungan hal tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan
melalui tiga jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di
tempat kerja.
Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai
dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan
pengembangan karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen
terhadap pendidikan.
Arah pembangunan SDM di indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM
secara komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan
ilmu dan teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya
dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain,
pengembangan SDM di Indonesia meliputi pengembangan kecerdasan akal (IQ),
kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
Dalam rangka pengembangan SDM di indonesia, banyak tantangan yang harus
dihadapi. Tantangan pertama adalah jumlah penduduk yang besar, yaitu sekitar
216 juta jiwa. Tantangan kedua adalah luasnya wilayah indonesia yang terdiri
dari 17.000 pulau dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Tantangan
ketiga adalah mobilitas penduduk yang arus besarnya justru lebih banyak ke
pulau Jawa dan ke kota-kota besar.
Berbagai tantangan seperti itu, memerlukan konsep, strategi dan kebijakan
yang tepat agar pengembangan SDM di Indonesia dapat mencapai sasaran yang tepat
secara efektif dan efisien. Hal ini penting dilakukan karena peningkatan
kualitas SDM Indonesia tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi juga untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi masyarakat.
E. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan (training)
merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep,
peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga
kera.(Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun
2003. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
Pengembangan (development)
diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda
atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi
pendidikan,
Menurut (Hani
Handoko:2001:104) pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan
(training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal ketrampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan
para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang.
Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam
upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan
sifat-sifat kepribadian.
(Gomes:2003:197)
Mengemukakan pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi
pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya.
Menurutnya istilah pelatihan sering disamakan dengan istilah pengembangan,
perbedaannya kalau pelatihan langsung terkait dengan performansi kerja pada
pekerjaan yang sekarang, sedangkan pengembangan tidaklah harus, pengembangan
mempunyai skcope yang lebih luas dandingkan dengan pelatihan.
Pelatihan Iebih terarah pada
peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabtan
atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (
current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan
adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pengembangan cenderung lebih
bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan keahhan individu yang
harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran dan
program pengembangan menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan
kemampuan individu untuk mengantisipai perubahan yang mungkin terrjadi tanpa
direncanakan(unplened change) atau perubahan yang direncanakan (planed change).
(Syafaruddin:200 1:2 17).
Hal serupa dikemukakan
(Hadari:2005:208). Pelatihan adaah program- program untuk memperbaiki
kernampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok dan/atau
berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi atau perusahaan. Sedangkan
pengembangan karir adalah usaha yang diakukan secara formal dan berkelanjutan
dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja.
Dan pengertian ini menunjukkan bahwa fokus pengernbangan karir adalah
peningkatan kemampuan mental tenaga kerja.
lstilah pelatihan dan
pengembangan merujuk pada struktur total dan program di dalam dan luar
pekerjaan karvawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan promosi
karir. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja
(vocational) yang dapat digunakan dengan segera. (Sjafri :2003: 135).
F. Jenis Pelatihan dan Pengembangan
Terdapa banyak pendekatan
untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan
yang dapat diselenggarakan:
1.
Pelatihan Keahlian
Pelatihan keahlian (skils
training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program
pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi
rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga
berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2. Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining)
adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada
para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan
kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya
bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin
computer atau akses internet
3. Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional
(cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
4. Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan
bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan
demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5. Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan
kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas
dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan
gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan
kelaikan.
Adapun perbedaan antara
pelatihan dan pengembangan menurut (Syafaruddin:2001 :217).
a. Pelatihan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan
jabatan saat ini.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan
karir relatif rendah.
b. Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu
bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka
panjang.
Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana
atau tidak terencana.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan
karir relatif tinggi.
G. Tahapan Proses Pelatihan dan
Pengembangan
Sebelum pelatihan dapat
diselenggarakan, kabutuhan akan hal itu perlu dianalisis lebih dahulu. Hal
demikian disebut sebagai langkah/tahapan penilaian dari proses pelatihan.
Menurul (Sjafri:2003:140). setelah tahap analisis kebutuhan dilakukan, maka
harus melakukan beberapa tahapan berikutnya:
1. Penilaian kebutuhan pelatihan.
a. Penilaian kebtuhan perusahaan.
b. Penilaian kebutuhan tugas.
c. Penilaian kebutuhan karyawan.
2. Perumusan tujuan pelatihan.
Perumusan tujuan pelatihan
harus ada keterkaitan antara input, output, outcome, dan impact dan pelatihan
itu sendiri.
3. Prinsip-prinsf p pelatihan.
a. partisipasi
b. pendalaman
c. relevansi
d. pengalihan
e. umpan balik
f. suasana nyaman
g. memiliki criteria
4. Merancang dan menyeleksi prosedur
pelatihan.
a. Pelatihan instruksi pekerjaan
b. Perputaran pekerjaan
c. Magang dan pelatihan
d. Kuliah dan presentasi
e. Permainan peran dan pemodelan
perilaku
f. Studi kasus
g. Simulasi
h. Studi mandiri dan pembelajaran
program
i. Pelatihan laboratorium
j. Pembelajaran aksi
Dalam tahapan ini menurut
(Gomes:2003:204) terdapat paling kurang tiga tahapan utama dalam pelatihan dan
pengembangan, yakni: penentuan kebutuhan pelatihan, desain program pelatihan,
evaluasi program pelatihan.
1. Penentuan kebutuhan pelatihan
(assessing training needs)
Adalah lebih sulit untuk
menilai kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi para pekerja yang ada daripada
mengorientasikan para pegawai yang baru. Dari satu segi kedua-duanya sama.
Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi yang relevan guna mengetahui dan atau/menentukan apakah perlu
atau tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut.
Dalam tahapan ini terdapat
tiga macam kebutuhan akan pelatihan yaitu:
a). General treatment
need, yaitu penilaian kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu
klasifikasi pekerjaan tanpa memperhatikan data mengenai kinerja dari seseorang
pegawai tertentu.
b). Oversable
performance discrepancies, yaitu jenis penilaian kebutuhan pelatihan yang
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap berbagai permasalahan, wawancara,
daftar pertanyaan, dan evaluasi/penilaian kinerja, dan dengan cara meminta para
pekerja untuk mengawasi sendiri hasil kerjanya sendiri.
c). Future human
resources neeeds, yaitu jenis keperluan pelatihan ini tidak berkaitan dengan
ketidak sesuaian kinerja, tetapi Iebih berkaitan dengan sumberdaya manusia
untuk waktu yang akan datang.
2. Mendesain program pelatihan
(desaigning a training program)
Sehenarnya persoalan
performansi bisa disiatasi melalui perubahan dalam system feedback, seleksi
atau imbalan, dan juga melalui pelatihan. Atau akan Iebih mudah dengan
melakukan pemecatan terhadap pegawai selama masa percobaannya.
Jika pelatihan merupakan
Solusi terbaik maka para manajer atau supervisor harus memutuskan program
pelatihan yang tepat yang bagaimana yang harus dijalankan. Ada dua metode dan
pririsip bagi pelatihan:
a. Metode pelatihan.
Metode peIathan yang tepat
tergantung kepada tujuannya. Tujuan atau sasaran pelatihan yang berbeda akan
berakibat pemakaian metode yang berheda pula.
b. Prinsip umum bagi metode pelatihan
Terlepas dari berhagai
metode yang ada, apapun bentuk metode yang dipilh, metode tersebut harus
rnemenuhi prinsip—prinsip seperti:
1 .Memotivasi para peserta pelatihan.
2. Memperlihatkan
ketrampilan-ketrampilan.
3. Harus konsisten dangan isi pelatihan.
4.Peserta berpartisipasi aktif.
5. Memberikan kesempatan untuk perluasan
ketrampilan.
6. Memberikan feedback.
7. Mendorong dari hasil pelatihan ke
pekerjaan.
8. Harus efektif dari segi biaya.
3. Evaluasi efektifitas program
(evaluating training program effectivenees).
Supaya efektif, pelatihan
haru merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni
bahwa pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan.
Untuk meningkatkan usaha belajarnya,para pekerja harus menyadari perlunya
perolheanb informasi baru atau mempelajari keterampilan-keterampilan baru, dan
keinginan untuk belajar harus dipertahankan. Apa saja standar kinerja yang
telah ditetapkan, sang pegawai tidak harus dikecewakan oleh pelatih yang
menuntut terlalu banyak atau terlalau sedikit.
Tujuan dari tahapan ini
adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam mencapai
sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan. Ini menghendaki identifikasi dan
pengembangan criteria tertentu.
a. Tipe-tipe efektifitas program
pelatihan.
Program pelatihan bisa
dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada lima tingkatan:
1. reaction,
2. learning,
3. behaviors,
4. organizational result,
5. cost efectivity.
Pertanyaan-pertanyaan pada masing-masing
kriteria tersebut, seperti diuraikan dibawah ini, memungkinkan penyaringan
informasi yang bisa menjelaskan seberapa efektif program pelatihan yang
dilaksanakan tersebut.
Reaksi : Seberapa baik para peserta
menyenangi pelatihan?
Belajar : Seberapa jauh para peserta
mempelajari fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan pendekatan-pendekatan yang
terdapat didalam pelatihan?
Behavior : Seberapa jauh perilaku kerja
para pekerja berubah karena pelatihan?
Hasil-hasil : Apakah peningkatan
produktivitas atau penurunan biaya telah dicapai?
Efektivitas biaya : Katakan bahawa
pelatihan efektif, apakah itu merupakan metode yang paling murah dan
menyelesaikan masalah?
1. Reactions : Ukuran
mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para peserta mengenai
program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para peserta tentang pelatihan
ini, terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti: untuk mengetahui
sejauh mana para peserta merasa puas dengan program untuk maksud diadakannya
bebrapa revisi atas program pelatihan, untuk menjamin agar para peserta yang
lain bersikap represif untuk mengikuti program pelatihan.
2. Learning :
Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah mengetahi
seberapa jauh para peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan,
keterampilan-keterampilan yang diberikan selama pelatihan.
3. Behaviors:
Perilaku dari para peserta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat dibandingkan
guna mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan performansi
mereka. Langkah ini penting karena sasaran dari pelatihan adalah untuk mengubah
perilaku atau performansi para peseerta pelatihan setelah diadakan program
pelatihan.
4. Organizational
result: tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji
dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan.
5. Cost effectivity:
ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan bagi program
pelatihan, dan apakah besarnya biaya untuk pelatihan tersebut terhitung kecil
atau besar dibandingkan biaya yang timbul dari permasalah yang dialami oleh
organisasi.
b. Model-model penialaian
effektifitas pelatihan.
Proses evaluasi itu sendiri
bisa mendorong para pegawai untuk meningkatkan produktifitasnya. Untuk
mengetahui dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan terhadap hasil atau
performansi seseorang atau suatu kelompok tertentu, umumnya terdapat dua
pilihan model penilaian yaitu: 1. Uncontrolled model. 2. Controlled model.
Model pertama ini bisanya
tidak memakai kelompok pembanding dalam melakukan penilaian damapak pelatihan
terhadap hasil dan/atau performansi kerjanya.
Sedangkan model kedua adalah
model yang dalam melakukan penilaian efektivitas program pelatihan menggunakan
sestem membanding yaitu membandingkan hasil dari orang atau kelompok yang tidak
mengikuti pelatihan.
Menurut (Dessler:2004:217).
Program pelatihan terdiri dari lima langkah:
Pertama : Langkah analisis
kebutuhan, yaitu mengetahui keterampilan kerja spesifik yang dibutuhkan,
menganalisa keterampilan dan kebutuhan calon yang akan dilatih, dan
mengembangkan pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan perestasi.
Kedua : Merancang instruksi,
untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isi program pelatihan, termasuk
buku kerja, latihan dan aktivitas.
Ketiga : lagkah validasi,
yaitu program pelatihan dengan menyajiakn kepada beberapa orang yang bisa
mewakili.
Keempat : menerapkan program
itu, yaitu melatih karyawan yang ditargetkan.
Kelima : Langkah evaluasi
dan tindak lanjut, dimana manejemen menilai keberhasilan atau kegagalan program
ini:
Terdapat tiga tahapan yang
harus tercakup dalam proses pelatihan (Simamora:2006:285) yaitu:
1. Tahapan penilaian
2. Tahapan pelatihan dan pengembangan
3. Tahapan evaluasi
H. Tujuan pelatihan dan pengembangan
Tujuan diselenggarakan peltihan
dan pengembangan kerja menurut (Simamora:2006:276) diaeahkan untuk membekali,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuan-tujuannya sebagai berikut:
1. Memperbaiki kinerja
karyawan-karyawannya yang bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan
keterampilan merupakan calon utama pelatihan, kendatipun tidak dapat memecahkan
semua masalah kinerja yang efektif, progaram pelatihan dan pengembangan yang
sehat sering berfaedah dalam meminimalkan masalah ini.
2. Memuktahirkan
keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui pelatihan,
pelatih memastikan bahwa karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru secara
efektif. Perubahan teknologi pada gilirannya, berarti bahwa pekerjaan
senantiasa berubah dan keahlian serta kemampuan karyawan haruslah dimuktahirkan
melalui pelatihan, sehingga kemajuan teknologi dapat diintgrasikan dalam
organisasi secara sukses.
3. Mengurangi waktu
pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan. Seorang karywan
baru acap kali tidak menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutukan untuk
menjadi ”job comotent” yaitu mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.
4. Membantu
memecahkan msalah orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan mereka
dengan kelangkaan dan kelimpahan suber daya: kelangkaan sumberdaya finansial
dan sumberdaya teknologis manusia (human tecnilogical resourse), dan kelimpahan
masalah keuangan, manusia dan teknologis.
5. Mempersiapkan
karyawan untuk promosi satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi
karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang sistematis.
Pengembangan kemampuan promosional karyawan konsisten dengan kebijakan
sumberdaya manusia untuk promosi dari dalam: pelatihan adalah unsur kunci dalam
sistem pengembangan karir. Dengan secara berkesinambungan mengembangkan dan
mempromosikan semberdaya manusianya melalui pelatihan, manejer dapat menikmati
karyawan yang berbobot, termotivasi dan memuaskan.
6. Mengorientasikan
karyawan terhadap organisasi, karena alasan inilah, beberapa penyelenggara
orientasi melakukan upaya bersama dengan tujuan mengorientasikan para karyawan
baru terhadap organisasi dan bekerja secara benar.
7. Memenuhi kebutuhan
pertumbuhan pribadi. Misalnya sebagian besar manejer adalah berorientasi
pencapaian dan membutuhkan tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan
pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas
yang menghasilkan efektifitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan
pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.
I. Manfaat pelatihan dan pengembangan
Pelatihan mempunyai andil
besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat
nyata yang ditangguk dari program pelatihan dan pengembangan
(Simamora:2006:278) adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas
produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang
diperlukan karyawan untuk mencapai standar
kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan
kerjasama yang lebih menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan
semberdaya manusia
5. Mengurangi frekuensi dan biaya
kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan
dan pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas membantu
baik individu maupun organisasi. Program pelatihan yang efektif adalah bantuan
yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap sebagai penyembuh
penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun banyak
manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Program pelatihan tidak
mengobati semua masalah organisasional, meskipun tentu saja program itu
berpotensi untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan
secara benar.
J.
Kelemahan pelatihan dan pengembangan
Beberapa kelemahan pelatih
dapat menyebabkan gagalnya sebuah program peltihan. Suatu pemahaman terdahap
masalah potensial ini harus dijelaskan selama pelatihan pata trainer.
(Simamora:2006:282). Kelemahan-kelemahan meliputi:
1. Pelatihan
dan pengembangan dianggap sebagai obat untuk semua penyakit
organisasional.
2. Partisipan
tidak cukup termotivasi untuk memusatkan perhatian dan komitmen mereka.
3. Sebuah
teknik dianggap dapat diterapkan disemua kelompok, dalam semua
situasi,
dengan keberhasilan yang sama.
4. Kinerja
partisipan tidak dievaluasi begitu kayawan telah kembali
kepekerjaannya.
5. Informasi
biaya-manfaat untuk mengevaluasi program pelatihan tidak
dikumpulkan.
6. Ketidakadaan atau kurangnya dukungan
manajemen.
7. Peran utama penyelia/atasan tidak
diakui.
8. Pelatihan bakal tidak akan pernah
cukup kuat untuk menghasilkan perbaikan
kinerja yang dapat diveifikasi.
9. Sedikit atau tidak ada persiapan
untuk tindak lanjut.
K. Teknik-teknik pelatihan dan pengembangan
Program-program pelatihan
dan pengembangan dirancang untuk meningkatkan perestasi kerja, mengurangi
absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategor pokok
program pelatihan dan pengembangan manajemen. (Decenzo&Robbins:1999:230):
The most popular training
and development methods used by organization can be classified as either
on-the-job training. In the following pages, we will briefly introsce the
better know techniques of each category.
1. Metode praktis (on the job training)
2. Teknik-teknik presentasi informasi
dan metode-metode simulasi (off the job
training)
Masing-masing kategori
mempunyai sasaran pengajaran sikap konsep atau pengetahuan dan/atau
keterampilan utama yang berbeda. Dalam pemilihan teknik tertentu untuk dugunakan
pada program pelatihan dan pengembangan, ada beberapa trade offs. Ini berarti
tidak ada satu teknik yang selalu baik: metode tergantung pada sejauh mana
suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:
1. Efektivitas biaya.
2. Isi program yang
dikehendaki
3. Kelayakan
fasilitas-fasilitas
4. Preferensi dan
kemampuan peserta
5. Preferensi dan
kemampuan instruktur atau pelatih
6. Prinsip-prinsip
belajar
Teknik-teknik on the job
merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang
pekerjaan baru dengan sepervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman
(biasanya karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa digunakan dalam
praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi
pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job,
dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representasi tiruan
(articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam
keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik presentrasi (penyajian) informasi
adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para
peserta. Metode yang bisa digunakan adalah:
1. Metode studi kasus
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi
Implementasi program
pelatihan dan pengembangan berfungsi sebagai proses transformasi. Pata tenaga
kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang
berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga dapat diberikan
tanggungjawab lebih besar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan
kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi
yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (current job
oriented). Sasaran yang ingin dicapai dari suatu program pelatihan adalah
peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau funsi saat ini.
Pengembangan lebih cenderung bersifat
formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan keahlian inividu yang harus dipersiapkan
bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan
salah satu solusi terhadap sejumlah problem penurunan kualitas kinerja
organisasi atau lembaga dan instansi yang disebabkan oleh penurunan kemampuan
dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan dan pengembangan bukanlah
solusi utama yang dapat menyelesaikan semua persoalan organisasi, lembaga atau
sebuah instansi. Tetapi mengarah pada peningkatan kinerja para karyawan atau
tenaga kerja yang baik dan benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan adalah
untuk merubah sikap, perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pelatihan merupakan penciptaan suatu
lingkungan dimana kalangan tenaga kerja dapat memperoleh dan mempejari sikap, kemampuan,
keahlian, pengetahuan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan
keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang inidividu.
Pengembangan adalah penyiapan individu
untuk mengemban tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam
organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan
intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang
lebih baik.
B. Saran
Dalam pelatihan pengembangan terdapat
tiga tahapan penting yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi atau instansi.
Pertama tahapan penilaian. Kedua tahapan pelatihan dan pengembangan. Ketiga
tahapan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi,
Syafaruddin. (200 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Decenzo,
D.A.( 1999). Human recources Managemen. Sixth edition. Newyork: John Wiley
& Sons.lnc
2. Dessler,
Gary. (2004). Sumber Daya Manusia, Penerjemah Eli Tanya Jakarta: PT. Indeks.
Judul asli Human Resource Managemen .(2003) pretince-Hall, inc, Upper Saddle
River. New Jersey
3. Gomes,
Faustinc C. (2003). Manajemen Suber Daya Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offsetl
4. Handoko,
T. Hani. (2001). Manajemen personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
5. Mangkuprawira.
Sjafri. (2003). Mananjemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia
Indonesia
6. Nawawi,
Hadari (2005). Manajemen Sumber Dava Manusia: Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
7. Sirnamora,
Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia: Yogyakarta: STIE YKPN
Pelatihan dari materi yang disampaikan sangat berguna sekali , Untuk informasi lain terkait pelatihan sertifikasi kunjungi www.pelatihan-indonesia.com
BalasHapusIjin sedok kk :)
BalasHapusTerimakasih
Info yg sangat berguna,
BalasHapusThanks gun,,!
izin copy
BalasHapusizin copy Pak. terima kasih
BalasHapusizin copy kak
BalasHapusIZIN KOPY PAK
BalasHapusizin copy mas
BalasHapusterima kasih atas sharingnya, pelatihan karyawan memang sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan ataupun organisas
BalasHapus