Total Tayangan Halaman

Jumat, 01 Juni 2012

TUGAS ORGANISASI DAN MANAJEMEN KESEHATAN




TUGAS
ORGANISASI DAN MANAJEMEN KESEHATAN




ADITHIA BUDIMAN ( TUBEL )
NIM : K11111631
KELAS : E


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASAR, 2011


1.      INFORMASI
Pengertian informasi menurut situs Wikipedia, informasi adalah pengetahuan yang di dapatkan dari pembelajaran , pengalaman atau instruksi.
Secara etimologi, informasi berasal dari bahasa perancis kuno informacion (tahun 1387) yang diambil dari bahasa latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”.
Informasi dapat diartkan sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Dijelaskan oleh George R. Terry, Ph. D. Bahwa informasi adalah data yang penting yang  memberikan pengetahuan yang berguna.
Menurut Gordon B. Davis, Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi sipenerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan- keputusan yang sekarang atau keputusan- keputusan yang akan datang.

2.      KONFIRMASI
  Konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Proses konfirmasi mencakup:
a. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi.
b. Pendesainan permintaan konfirmasi.
c. Pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan.
d. Pemerolehan jawaban dari pihak ketiga.
e. Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang disediakan oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi tersebut.



HUBUNGAN PROSEDUR KONFIRMASI DENGAN PENAKSIRAN RISIKO AUDIT OLEH AUDITOR
            SA Seksi 312 [PSA No. 25] Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit menjelaskan model risiko audit. Seksi tersebut menggambarkan konsep penetapan risiko bawaan dan risiko pengendalian, penentuan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, dan pendesainan suatu program audit untuk mencapai tingkat risiko audit yang sedemikian rendah. Auditor menggunakan penentuan risiko audit dalam penentuan prosedur audit yang akan diterapkan, termasuk apakah prosedur audit tersebut meliputi konfirmasi.
            Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa "Bukt i audit yang diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukt i audit yang disediakan hanya dari dalam ent itas tersebut . "
Semakin besar gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditetapkan,semakin besar keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian substantif yang bersangkutan dengan asersi laporan keuangan. Sebagai konsekuensinya, dengan kenaikan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk memperoleh lebih banyak bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan keuangan. Dalam keadaan ini, auditor kemungkinan menggunakan prosedur konfirmasi, bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam entitas tersebut, atau menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan dengan pengujian terhadap dokumen atau pihak dari dalam, entitas itu sendiri.
Transaksi yang kompleks atau tidak biasa kemungkinan berkaitan dengan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian. Jika entitas melaksanakan transaksi yang tidak biasa atau kompleks dan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditaksir adalah tinggi, auditor harus mempertimbangkan untuk mengkonfirmasi syarat-syarat transaksi tersebut kepada pihak ketiga sebagai tambahan terhadap pemeriksaan atas dokumentasi yang disimpan oleh entitas tersebut. Sebagai contoh, jika gabungan risiko bawaan dan risiko pengendalian yang telah ditetapkan terhadap terjadinya pendapatan yang berasal dari penjualan akhir tahun yang tidak biasa adalah tinggi, auditor harus mempertimbangkan konfirmasi terhadap syarat-syarat penjualan tersebut.
Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari konfirmasi mengurangi risiko audit yang bersangkutan dengan asersi yang bersangkutan pada tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam menetapkan ini, auditor harus mempertimbangkan materialitas saldo akun dan penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian. Jika auditor berkesimpulan bahwa bukt i yang diperoleh dari konfrrmasi saja tidak memadai, prosedur tambahan harus dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mencapai risiko audit pada tingkat yang cukup rendah yang bersangkutan dengan asersi kelengkapan dan keberadaan piutang usaha (account receivable) , auditor dapat melaksanakan pengujian pisah batas penjualan sebagai tambahan terhadap konfirmasi piutang usaha.
Semakin rendah gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran semakin berkurang keyakinan yang diperlukan oleh auditor dari pengujian substantif untuk membentuk kesimpulan mengenai asersi laporan keuangan. Sebagai akibatnya, jika gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran mengalami penurunan untuk asersi tertentu, auditor dapat mengubahpengujian substantif dengan mengubah sifat pengujiannya dari pengujian yang lebih efektif (memerlukan biaya yang lebih besar) ke pengujian yang kurang efektif (dan memerlukan biaya yang lebih rendah). Sebagai contoh, jika gabungan risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran atas keberadaan piutang karyawan sedemikian rendah, auditor dapat membatasi prosedur substantif dengan menginspeksi catatan piutang karyawan yang disediakan oleh klien, dan tidak melakukan konfirmasi saldo piutang karyawan.

3.      KORDINASI
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri

4.      SUPERFISI
Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pekerjaan pengawasan tetapi sifatnya lebih "human, manusiawi". Di dalam kegiatan supervisi, pelaksanaan bukan mencari-cari kesalahan atau kekurangan, tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar pekerjaan yang disupervisi diketahui kekurangannya (tetapi bukan semata-mata kesalahannya).

Di dalam buku Pedoman Kurikulum tahun 1975 dan diperbarui sebagai kurikulum 1984, disebutkan bahwa Supervisi merupakan pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dengan lebih baik.
K.A. Acheson dan M.D Gail mengemukakan bahwa Supervisi merupakan suatu proses membantu guru memperkecil ketidak sesuain antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

Didalam bukunya "Effective Supervision" Wayne K. Hoy dan Patrick B. Forsyth mengatakan bahwa pelerjaan supervisi bukan bertujuan untuk untuk memberikan vonis tentang kemampuan seseorang atau mengontrol pekerjaannya, tetapi lebih mengarah kepada bentuk kerja sama antara atasan dan bawahan.
Pengertian Supervisi ini diambil dari buku "Organisasi dan Administrasi", Oleh: Dr. Suharsimi Arikunto, hal: 153, Penerbit: PT RajaGrafindo Persada.

5.      MONITORING
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan  dan menganalisis informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat apakah kegiatan/program itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah  yang dilihat /ditemui dapat   diatasi.
Menurut George R. Tery (2006:395), monitoring (pengawasan) adalah mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
A.    Manfaat Monitoring
a)      Mengidentifikasi masalah keperawatan/kebidanan.
b)      Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya.
c)      Mengukur pencapaian sasaran/target.
d)     Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasen/masyarakat yang mendapat pelayanan.
B.     Tipe Monitoring
a.       Monitoring Rutin :
            Kegiatan mengkompilasi informasi secara reguler berdasarkan sejumlah indikator kunci. Jumlah indikator dalam batas minimum namun tetap dapat memberikan informasi yang cukup bagi manajer untuk mengawasi kemajuan/perkembangan. Monitoring rutin dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi penerapan program dengan atau tanpa perencanaan
b.      Monitoring jangka Pendek :
            Dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan biasanya diperuntukkan bagi aktifitas yang spesifik. Seringkali bila aktifitas atau proses-proses baru diterapkan, manajer ingin mengetahui, apakah sudah diterapkan sesuai rencana dan apakah sesuai dengan keluaran yang diinginkan. Pada umumnya manajer memanfaatkan informasi ini untuk membuat penyesuaian dalam tindakan yang baru. Sekali penerapan telah berjalan baik maka indikator kunci dimasukkan kedalam monitoring rutin. Monitoring jangka pendek diperlukan bila manajer menemukan suatu masalah yang muncul berhubungan dengan input atau pelayanan.
C.     Prinsip-prinsip Monitoring
·         Libatkan staf  dalam perencanaan dan implementasi, rapat dengan staf untuk memberi kesempatan  mengerti konsep dan ide-ide dan keuntungan self evaluasi  menjadi berguna
·         Pilih seorang atau dua orang sebagai tim kecil  yang bertanggung jawab dan membatasi data dan analisis tetapi tidak membuat rekomendasi.
·         Sediakan kepada tim pengawas sumber–sumber  pengambilan data dan analisis ini mungkin melibatkan pendapat dari ahli
·         Gunakan temuan-temuan untuk merefleksikan program dibawah pengawasannya, tentukan apa yang akan dirubah, dibuat dan untuk apa contoh apakah proses implementasi harus dimodifikasi sehingga tujuan dapat dicapai.
D.    Langkah-Langkah Dalam Monitoring
1.      Perencanaan (merancang sistem monitoring yang spesifik)
2.      Implementasi (Menggali penyebab dan mengambil tindakan perbaikan)
3.      Menentukan kelanjutan monitoring (Kegiatan monitoring dirancang untuk memperoleh hasil kinerja)
E.    
Job Description

Standards
RCD
Sistem Monitoring
Handling Variances

Key performance indicator
Monitoring system
Giving feed back
 






Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya merupakan feedback bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana operasional serta mengambil langkah-langkah tindakan korektif.  Oleh karena itu manajer hendaknya memiliki sistem monitoring sehingga feedback atau penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan dapat dilakukan upaya perbaikan dengan segera.

6.      CONTROLING
A.    Pengertian
        Pengendalian (Kontroling) adalah suatu proses pemantauan prestasi dan pengambilan tindakan untuk menjamin hasil yang diharapkan. Sedangkan Proses Pengendalian manajemen adalah pross dimana manajer pada seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang di maksud. Proses pengendalian megukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan.
Menurut Robbin dan Coulter (1999), controling (pengendalian) merupakan suatu proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu telah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti. Kriteria yang menentukan efektivitas sebuah sistem pengendalian adalah seberapa baik sistem itu memperlancar tercapainya tujuan.
B.     Faktor-Faktor Controling (Pengendalian)
1.      Perubahan. Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam lingkungan organisasi manapun. Melalui fungsi pengendalian, manajer mendeteksi perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa perusahaan. Ia kemudian dapat mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman atau memanfaatkan peluang yang muncul akibat perubahan tersebut.
2.      Kerumitan. Yang menambah sifat komplek organisasi zaman sekarang ialah desentralisasi. Desentralisasi dapat mempermudah usaha pengendalian organanisasi, karena operasi organisasi tidak perlu lagi dikontrol oleh kantor pusatnya.
3.      Kesalahan. Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota organisasi juga dapat membuat kesalahan, dengan sistem pengendalian memungkinkan manajer untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi gawat.
4.      Delegasi. Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk menentukan apakah bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya dengan menerapkan system pengendalian.
C.     Langkah-langkah Contoling (Pengendalian)
Pengendalian terdiri atas empat langkah dasar:
1.      Penetapan standard dan metode untuk mengukur prestasi.
2.      Pengukuran prestasi.
3.      Pembandingan prestasi dengan standard
4.      Pengambilan tindakan perbaikan.
D.    Jenis-jenis Metode Controling (Pengendalian)
Metode-metode pengendalian dapat dikelompokan menjadi:
1.      Pengendalian pencegahan (preventive controls).
Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya  suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil  yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian  pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau personel  melaksanakan perannya. Contoh pengendalian pencegahan meliputi kejujuran, personel yang kompeten, pemisahan fungsi, reviu  pengawas dan pengendalian ganda.   Sebagaimana peribahasa mengatakan “lebih baik mencegah daripada  mengobati” demikian pula dengan pengendalian. Pengendalian  pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada pengendalian  pendeteksian atau korektif. Ketika dirancang kedalam sistem,  pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang mungkin  terjadi sehingga mengurangi biaya perbaikannya.
2.      Pengendalian deteksi (detective controls)
Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk  mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi. Rekonsiliasi bank atas  pencocokan saldo pada buku bank dengan saldo kas buku organisasi merupakan kunci pengendalian deteksi atas saldo kas. Pengendalian deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap dibutuhkan dengan alasan: Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur efektivitas pengendalian pencegahan.  Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi. Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan seperti: catatan kinerja dengan pengecekan independen atas kinerja, rekonsilasi bank, konfirmasi saldo bank, kas opname, penghitungan fisik persediaan, konfirmasi piutang/utang dan sebagainya.
3.      Pengendalian koreksi (corrective controls)
Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang  teridentifikasi oleh pengendalian  deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor,  maka wujud pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk  pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi auditor. 
4.      Pengendalian pengarahan (directive controls)
Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku.  Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas pekerja.
5.       Pengendalian kompensatif (compensating controls)
Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung pemilik usaha terhadap kegiatan pegawainya pada usaha kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi. contoh pengendalian kompensatif.
E.     Keterbatasan Sistem Controling (Pengendalian)
Patut disadari bahwa sebaik apapun manajemen merancang suatu  sistem pengendalian manajemen dalam organisasi kelemahan atau keterbatasan tetap ada. Kunci utamanya ada pada manusia. Beberapa keterbatasan yang dapat diidentifikasikan antara lain:
a.       Kurang matangnya suatu pertimbangan  
Efektivitas pengendalian seringkali dibatasi oleh adanya keterbatasan  manusia dalam pengambilan keputusan. Suatu keputusan diambil  oleh  manajemen umumnya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan  yang ada pada saat itu, antara lain informasi yang tersedia,  keterbatasan waktu, dan beberapa variabel lain baik internal maupun  eksternal (lingkungan). Dalam kenyataannya, sering dijumpai bahwa  beberapa keputusan yang diambil secara demikian memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan dengan apa yang diharapkan. . 
b.      Kegagalan menterjemahkan perintah
Pengendalian telah didisain dengan sebaik-baiknya, namun kegagalan  dapat terjadi yang disebabkan adanya pegawai (staf) yang salah  menterjemahkan perintah dari pimpinan. Kesalahan dalam  menterjemahkan suatu perintah dapat disebabkan dari ketidaktahuan atau kecerobohan pegawai yang bersangkutan. Terjadinya kegagalan dapat lebih diperparah apabila kegagalan menterjemahkan perintah dilakukan oleh seorang pimpinan.   
c.       Pengabaian manajemen
Suatu pengendalian manajemen dapat berjalan efektif apabila semua pihak atau unsur dalam organisasi mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Meskipun suatu organisasi memiliki pengendalian manajemen yang memadai sekalipun, pengendalian tersebut tidak akan dapat mencapai tujuannya jika staf atau bahkan seorang pimpinan mengabaikan pengendalian.
d.       Adanya Kolusi
Kolusi adalah salah satu ancaman dari pengendalian yang efektif. Pemisahan fungsi telah dilakukan namun jika manusianya melakukan suatu persekongkolan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan tertentu selain organisasi, maka pengendalian yang sebaik apapun tidak akan dapat mendeteksi atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang merugikan organisasi. 

7.      DESECION MAKING
Decision Making
Definisi :
Mengambil Keputusan (Decision Making) adalah kemampuan untuk mengendalikan diri (self control) dan tidak mudah terpancing oleh reaksi yang provokatif
1.      Mengambil keputusan untuk tugas rutin berdasarkan prosedur kerja yang jelas
2.      Mengambil keputusan untuk tugas rutin secara mandiri
3.      Mengambil keputusan untuk tugas non rutin
4.      Mampu mengambil keputusan yang beresiko namun situasinya lebih jelas
5.      Mampu dan berani mengambil keputusan walaupu situasinya tidak menentu.  Dalam hal ini ada unsur prediksi dan perhitungan resiko











8.      DIRECTING
Directing / commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju yang telah ditetapkan semula.
Directing / commanding bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

9.      REPORTING
Reporting dalam manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga dalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan.
10.  EVALUASI
DEFINISI EVALUASI
(Dalam Konteks Program dan Pendidikan)Oleh
Wakhinuddin S
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran, edangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Evaluasi mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Tujuan evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Dalam proses penilaian, dilakukan perbandingan antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu, untuk kemudian diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolak ukur yang dipegang tidak lain adalah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan pendidikan itu dilaksanakan dari aspek pelaksanaan, Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. Secara rinci dapat disampaikan.
1) Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kababilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar.
2) Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah telah berjalan seperti yang telah direncanakan.
3) Evaluasi sebagai suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada dijalan yang diharapkan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari kegiatan program/pendidikan. Evaluasi merupakan proses yang sistematis mulai dari menentukan tujuan (objektif) sampai menentukan keputusan, dimana prosesnya diawali dengan menentukan sasaran (objek) yang akan dievaluasi, menentukan instrumen (alat ukur), cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian evaluasi adalah:
1) Merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat.
2) Kegiatan yang dimaksud merupakan bagian yang integral dari pendidikan, sehingga arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan.
3) Evaluasi harus memiliki dan berdasarkan kriteria keberhasilan yaitu keberhasilan dari:
a) Belajar murid,
b) Mengajar guru, dan
c) Program pengajaran.
4) Evaluasi merupakan suatu tes maka evaluasi dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan pengajaran.
5) Evaluasi bernilai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar siswa, kemampuan mengajar guru serta menyempurnakan program pengajaran.
6) Evaluasi merupakan alat (the means) bukan tujuan (the end) yang digunakan untuk menilai apakah proses perkembangan telah berjalan semestinya?
7) Evaluasi adalah bagian yang sangat penting dalam suatu sistem yaitu sistem pengajaran untuk mengetahui apakah sistem itu baik / tidak Berdasarkan beberapa rumusan di atas dapat didefinisikan bahwa evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu kegiatm pendidikan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum. Teknis pelaksanaan evaluasi meliputi penetapan objek yang akan dievaluasi, menentukan instrumen yang cocok dengan apa yang akan dievaluasi, melakukakn pengukuran terhadap objek evaluasi, mengumpulkan data hasil pengukuran data mengolah data yang didapatkan dari basil pengukuran. Berdasarkakn data pengukuran dapat dijadikan babagai rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar